Fenomena!! Begitu Sulitnya Merangkul Pemuda di Suatu Wilayah

Pemuda RW01 bersatu

Pada umumnya, disebuah pedesaan maupun perkampungan yang tidak lengkap sarana dan prasarana yang diperlukan oleh warganya, para remaja dan pemuda biasanya memilih untuk merantau atau sekedar pergi jalan-jalan ke kota atau daerah yang lengkap dengan fasilitas yang diperlukannya.

Kepergian mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan baik pendidikan, pekerjaan maupun usaha-usaha yang menunjang kebutuhannya.

Namun, suatu ketika para remaja dan pemuda ini akan kembali lagi ke kampungnya. Pada saat itulah, mereka akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan yang mereka dapatkan diperantauan. Keadaan tersebut, bisa menjadi sisi positif jika para pemuda bisa memanfatkan potensinya masing-masing yang diperoleh selama diluar daerah.

Namun, itu akan berakibat buruk ketika menjadikan mereka sebagai sosok yang individualis dengan segala perbedaan yang dimilikinya.

Di kampung kita, adalah termasuk kampung dengan para pemudanya yang beragam latar belakang pendidikan. Selain itu, pekerjaan dan status sosial masih menjadi salah satu penyebab sulitnya pemuda bersatu dalam sebuah wadah atau organisasi pemuda.

Buktinya, telah beberapa kali dibuat organisasi pemuda sebelumnya. Namun, organisasi tersebut selalu kandas dan tidak berjalan dengan hanya beberapa pertemuan atau kegiatan saja.

Sebut saja KarangTaruna dan beberapa Forum Kepemudaan yang dihuni oleh pemuda dengan latar belakang pendidikan, atau pernah mengikuti organisasi lain ketika berada diperantauan maupun di luar kampung. Sedangkan sisanya adalah pemuda yang hanya ikut-ikutan atau tidak ikut sama sekali dalam organisasi manapun.

Organiasi-organisasi sebelumnya adalah wadah pemuda berkumpul dengan serangkaian program yang positif. Tapi, semua tidak berjalan dan kegiatan/programnya hanya menjadi program yang tertunda, dengan rencana menjalankannya kembali yang saling menuding antara anggota dan pengurus saja.

Setelah ditelusuri dan melakukan pendekatan kepada sebagian pemuda yang pernah aktif sebelumnya, ternyata poin penting yang membuat organisasi tersebut tidak berjalan adalah: hingga saat ini belum ada sebuah organisasi/wadah yang membuat para pemuda nyaman beraktifitas didalamnya. Karena terkadang, organisasi/wadah tersebut hanya menjadinya aman untuk sebagian/kelompok saja.

Kebersamaan didalamnya kurang, sehingga organisasi sebagai alat pemersatu tersebut, justru menjadi awal pemecah persatuan dan menjadikan para pemuda cenderung “gontok-gontokkan ”.

Setelah terjadinya perpecahan tersebut, tanpa direncankan muncul komunitas/kumpulan atas dasar kegemaran masing-masing kelompok. Seperti berkumpul di Masjid/madrasah bagi yang suka beribadah, dilapangan bagi penggemar berolahraga dan ada juga yang biasa berkumpul di warnet.

Meski salah satu diantara mereka ada yang ikut ke beberapa kumpulan, tapi mereka tidak bisa dikatakan bersatu atau memiliki kesadaran kebersamaan. Itu terbukti manakala ada permasalahan diantara salah satu kelompok tersebut, biasanya kelompok yang lain tidak mau tahu-menahu, apalagi ikut menyelesaikannya.

Selain kelompok-kelompok kecil tersebut, banyak pemuda lain yang cenderung menjadi penyendiri dan memilih untuk tetap berkomunikasi dengan temannya yang ada diluar daerah.

Itu terbukti dari seringnya dia bepergian atau didatangi temannya dari luar daerah, sedangkan para pemuda yang ada disekitar rumahnya tidak tahu dengan aktifitas apa yang sedang dilakukannya.

Fenomena diatas tidak menjadi sebuah keadaan yang kritis, karena tidak menjadikan kelompok-kelompok tersebut bermusuhan satu sama lainnya. Namun, itu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orangtua, mereka menilai bahwa para pemuda tidak memiliki kegiatan yang positif. Bahkan mereka cemas dengan penerus mereka ketika melakukan kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, penguburan orang meninggal, dan kegiatan sosial lain yang biasanya lebih dari 80% dilakukan oleh orangtua.

Berangkat dari itulah, saya tergerak hatinya melihat kurangnya kesatuan diantara pemuda, ingin merintis kembali wadah yang bisa mempersatukan kelompok-kelompok tersebut dalam sebuah organisasi kepemudaan.

Ternyata melalui pendekatan secara personil, mereka semua merasakan hal yang sama, yaitu ingin menyatukan pemuda dalam sebuah organisasi yang bisa berjalan dan dilakukan oleh semua kalangan/latar belakang.

Setelah saya berpikir, akhirnya saya mendapat ide atau bayangan cara mempersatukan pemuda yang heterogen ini. Ternyata, kegiatan sosial menjadi sebuah wacana yang diusung agar pemuda dengan latar belakang berbeda bisa bersatu. Dengan catatan, jangan ada salah satu diantara kami yang memaksakan orang lain untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Bahkan dalam melakukan kegiatan sosial pun.

Para pemuda diperbolehkan untuk sekedar datang saja, dalam artian mereka boleh untuk ikut berpartisipasi sekecil apapun, walaupun hanya melihat saja. Karena yang terpenting adalah menjalin kebersamaan terlebih dahulu.

Dari hal tersebut, perlu menjadi catatan penting bahwa yang diperlukan pemuda adalah ditanamkannya kesadaran berorganisasi, bukan dibuatkan organisasi. Karena telah beberapa kali dibuatkan organisasi dengan serangkaian programnya tidak berjalan.

Sedangkan jika ditanamkan dulu kesadaran berorganisasi, justru para pemuda tersebut yang akan membuat organisasi itu berdiri .
Pepatah orang tua mengatakan “jika seorang pemuda dibuatkan sebuah rumah, tekadang dia malah merusaknya. Tapi jika pemuda telah merasa perlu memiliki sebuah rumah, maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membangun dan merawat rumah".

Maka, pada akhirnya bukan hanya kesadaran saja yang harus ditanamkan. Tetapi perlunya pembinaan dari pihak yang terkait. Bukan hanya bentuk Dukungan saja.

Salam Adhitya Karya Mahatva Yodha

Joe Satria BK

0 Response to "Fenomena!! Begitu Sulitnya Merangkul Pemuda di Suatu Wilayah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel